Sabtu, 31 Desember 2011

Kesal Jiwaku


Terkadang aku ingin menghapus namamu dan mengubur sejuta cerita kita, hitam putih, susah senang, pahit manis, tawa tangis, kenyang lapar, ... namun mengapa bayangmu selalu hadir dan menghantuiku disaat aku ingin berjuang untuk melupakanmu.
Takkan pernah kulupakan ucapanmu itu sampai kapanpun di sepanjang sisa umurku ini. Ucapan yang benar-benar menusuk kalbuku, yang merasuk ke urat nadiku, yang tak pernah kudapati dari teman-temanku sebelumnya. Sumpah! Kurasakan sekali bagaimana caramu meludahi perasaanku.
Ya, memang ada yang sempat singgah di sudut benakku yaitu segumpal angan dan harapan yang terlindas luka. Kemunafikan yang nyata dalam kebekuan. Kini semuanya telah berakhir, malam telah terkubur dengan pekatnya dendangkan suara-suara sumbang yang menidurkan kekecewaanku.
Meski aku sadar bahwa kesabaran itu adalah rasa yang tak berbatas, tapi aku bukanlah malaikat. Aku hanya manusia biasa jadi amatlah manusiawi bila ternyata akhirnya aku menyerah juga. Di balik kepahitan tausiyah ini, jujur aku merasakan keindahan ukhuwah yang luar biasa dan tarbiyah untuk memaafkan.
Sampai jumpa sayangku... semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan.
(dedicated to someone who let me down)                

Kamis, 29 Desember 2011

Kamu dan Hujan

Gluduk...gluduk..gluduk... gemuruh guntur kecil mulai terdengar bersahut-sahutan, anginpun berhembus dengan kencangnya, kilatan-kilatan merah seolah membelah langit.
  
Aaahh... kok sepertinya norak sekali ya gaya bahasa saya itu. Niatnya sih kepingin terlihat puitis dan dramastis, tapi kok jatuhnya malah bikin meringis gitu ya. He..

Oya..ya.. Sepertinya akan menjadi so swit sekali kalau hujan-hujan seperti ini ada DIA disamping saya.
"Sedang apa dan dimana, dirimu yang dulu kucinta, ku tak tahu, tak lagi tahu seperti waktu dulu..."
Tuh kan saya me'lebay lagi.

kalau saya flesbek sedikit nih, sebenarnya bingung juga kenapa dulu saya begitu bodohnya memutus hubungan asmara antara saya dengan si DIA. Wal hasil... begini nih jadinya, saya menyesal bukan kepayang. kenapa saya menyesal ? Karena ternyata cinta saya untuk DIA itu terlalu besar bahkan lebih besar dari yang saya bayangkan.

Saya mencintainya sebagai sosok "Mr. x (Nama disamarkan)" dan bukan sebagai siapa dia, dari mana dia berasal dan apa yang dia miliki.

 Sudah berapa kali ya saya mengungkapkan perasaan saya kepada DIA bahwa saya masih mencintainya, tapi ya begitulah cara DIA merespon, dingin seperti air es. Atau mungkin sudah ada wanita lain di hatinya. Entahlah...

 Kalau memang begitu adanya, saya sudah mempersiapkan mental dari jauh-jauh hari untuk melihatnya bersama wanita barunya. Toh... saya sadar, ini semua salah saya, dan kalau, seumpamanya, seandainya benar dia menggandeng wanita lain, tentu itu adalah resiko yang harus saya tanggung.

 Saya hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuknya, dalam setiap lantunan do'a sayapun tidak pernah lupa menyelipkan do'a agar kelak kau menjadi lelaki halalku. ngarep.com

 Loh... kalau memang seperti itu adanya, mengapa harus saya tutup-tutupin. Itu kan do'a dan harapan baik. Dia laki-laki baik, laki-laki yang rasionalis, bertanggung jawab dan bla bla bla, jadi ga ada salahnya juga dong kalau saya berharap banyak dariNya. He,, he,,, he,,,